Sabtu, 07 Maret 2009

MONYET KE 100

I. Pendahuluan

Cerita tentang monyet ke seratus banyak bertebaran situs di internet. Hal ini sangat terkait dengan metode penelitian sosial yang mengalami perkembangan dengan demikian pesat saat ini. Tulisan tentang monyet keseratus begitu mengglobal sehingga menimbulkan kontroversi. Hal itu menyebabkan terjadinya saling menanggapi antara ilmuan tentang metode penelitian yang sebaiknya digunakan dalam suatu penelitian ilmiah dalam bidang sosial. Awalnya kasus monyet ke 100 dimulai dengan adanya penelitian tentang perilaku monyet di pulau koshima oleh peneliti jepang. Monyet di pulau Koshima biasanya membentuk kelompok antara 20 sampai 30 ekor dan hidup terpisah. Untuk mengamati perilaku monyet maka peneliti jepang memberikan umpan ubi jalar disepanjang pantai. Setiap monyet diberi nama tertentu untuk mempermudah mempelajari tingkah lakunya. Peneliti jepang memfokuskan penelitian terhadap satu ekor monyet yang mereka beri nama Imo yang adalah seekor monyet betina berumur 18 bulan. Monyet ini memperlihatkan gejala perubahan tingkah laku, sehingga mendapat perhatian serius dari peneliti. Biasanya monyet betina yang berusia 18 tahun masih berdampingan dengan ibunya dan menurunkan pola perilaku kepadanya, namun tidak dengan Imo. Dia melepaskan diri dari ibunya dan memperlihatkan perubahan pola tingkah laku. Pada suatu saat imo tampak membersihkan ubi jalar disungai dan memakannya. Karena itu imo mengajarkan kepada ibu dan saudara-saudaranya, bahwa ubi jalar terlebih dahulu harus dibersihkan dari tanah dan kotoran di sungai sebelum dimakan. Monyet yang lebih tua tidak mempelajarinya. Imo juga menemukan cara baru lagi, yakni mencuci ubi jalar dengan air laut rasanya lebih enak dibanding dengan air sungai. Cara baru itu juga diajarkan kepada ibu dan saudara-saudaranya. Pola baru ini menyebar menurut pola yang terjadi sebelumnya. Dari hasil sosilisasi yang dilakukan imo ternyata perubahan perilaku banyak terjadi pada monyet muda. Penemuan yang menarik lagi ternyata populasi monyet yang terpisah dari pulau koshima juga berubah perilakunya mengikuti pola hidup monyet di pulau Koshima. Inilah adalah fakta dari hasil peneiltian peneliti jepang terhadap perubahan pola perilaku monyet di pulau Koshima.

II. Munculnya Istilah Monyet ke Seratus

Ungkapan monyet ke seratus sebenarnya dimunculkan oleh Lyall Watson dan Ken Keyes Jr. Watson mengungkapkan dalam tulisan di internet dengan judul The Coolective Unconscious, The 100th Mongkey Effect. Sedangkan Keyes dalam tulisannya juga di internet yaitu The 100th Mongkey A story about social change. Cerita yang disampaikan oleh Watson dan Keyes sangat mirip. Yang pertama menceriterakan adalah Watson. Namun yang banyak mendapat perhatian pembaca yang menanggapi adalah keyes. Keduanya sebenarnya memperoleh infromasi perubahan perilaku monyet dari peneliti jepang. Namun mereka menambahkan variable-variabel imajiner dalam tulisan dengan mengatakan penelitian peneliti jepang kurang lengkap oleh karena itu perlu diperkuat lagi dengandata-data baru. Padahal fakta-fakta baru yang disampaikan itu imajiner dari hasil hayalan mereka.
Watson mengatakan “ so I am Forced to inprovise the details, but as near as I can tell this is what seems to have happened”. Dan juga ” in the autumn of the year 1958 an unspecified number of monkeys on Koshima were washing sweet potatoes in the sea. Tidak benar ada data-data hasil penelitian jepang bahwa ada 15 dari 19 monyet muda dan 2 dari 11 monyet tua yang tampak mencubi ubi jalar. Data tersebut hanya merupakan variabel imajiner dari Watson. Tidak ada data tersebut dalam hasil penelitian peneliti jepang.
Watson secara menyakinkan mengatakan bahwa peneliti jepang tidak nyakin dengan apa yang terjadi, sehingga mereka tidak kemukakan angka-angkanya, karena takut dicemooh. Apa yang dikatakan Watson ini sebenarnya perwujudan rasa tidak bersalah. Padahal ada yang dikatakan sama sekali tidak berdasar dan tidak benar. Dan sebenarnya ia membohongi dirinya sendiri.Dari hasil imajinasinya Watson berkesimpulan collective unconscious atau ketidaksabaran kolektif diantara populasi monyet yang diteliti. Ketidak sabaran tentang perubahan Watson mengatakan” I feel that there is such a thing as a Hundredth Monkey Phenomenon and that it might account for the way in which many memes, ideas and fashion spread throught our culture. Pada akhirnya Watson mengungkapkan kenyakinannya bahwa setiap orang yang mau menjadi monyet ke seratus dalam hal mencapai sesuatu, maka sesuatu yang dicapai itu akan menjadi kenyataan. Hal itu disampaikan way be the only we can over hope to reach some sort of meaningfull human consensus about the future , in the sort time that now seems to be at our disposal. Artinya bahwa masa depan yang indah dapat dicapai jika sejumlah orang mempercayainya sampai pada tingkat monyet keseratus.
Sejak itulah muncul ungkapan monyet keseratus. Ungkapan ini tidak diperoleh melalui peneliti jepang. namun diturunkan dari laporan penelitian yang disebarluaskan oleh komentator yang tidak turut melakukan penelitian di Koshima, bahkan ada juga komentator yang sama sekali tidak mengacu pada peneliti jepang. Oleh karena itu ungkapan monyet ke seratus sebenarnya merupakan hasil imajinasi dari Watson dan Keyes.
Pikiran dan kesimpulan Watson mirip dengan yang dikemukakan Keyes, seorang pejuang anti nuklir. Keyes mengatakan “
Thus, when a certain critical number achieves an awareness, this a new awareness may be communicated from mind to mind.
Althought the exat number may very, the hundredth monkey phenomenon means that when only a limited number of people.
Know of new way, it may remain the conscious property of these people.
But there is a point at which if only one more person tunes ini to a new awareness, afield is strengthened so that this awareness is picked up by almost everyone.
Kalau masing-masing orang menempatkan diri sebagai monyet keseratus yang menentang perang nuklir maka akan muncul kekuatan besar dalam dunia ini yang mencegah terjadinya perang nuklir.
Later belakang munculnya monyet keseratus bukan dari peneliti jepang, tetapi dari imajinasi Watson dan Keyes. Hal itu karena keduanya memiliki latar belakang supranatural. Lebih banyak menggunakan spekulasi yang menyentuh hati dan pikiran pembaca. Namun tidak dapat dibuktikan kebenaran secara objektif. Beberapa buku yang ditulis oleh Watson juga berlatarbelakang supranatural. Seperti a natural history of the supranatural. A metter of life and death, and so on. Sedangkan buku yang di tulis Keyes yang bernuangsa supranatural diantaranya the power of unconditional love, percriptions for happiness dan hundredth monkey tentang bahaya nuklir.
Ciri supranatural dari cerita Watson dan Keyes terlihat pada kesimpulan bahwa “ when a certain critical number achieves and awareness this new awareness may be communicated from mind to mind. Komunikasi mind to mind penting untuk mencegah terjadinya perang nuklir. There is no cure for nuclear war- only preventation.

III. Kritik terhadap Watson da Keyes

Penyebaran virus Monyet keseratus cukup menggelitik. Kekuatan apa yang menyebabkan mitos Monyet keseratus begitu cepat menyebar keseluruh dunia sebagai virus. Sedangkan hasil penelitian peneliti jepang kurang cepat tersebar, walapun hasil penelitian mereka digunakan sebagai titik tolak cerita tentang monyet keseratus. Karena begitu dahsyatnya penyebaran virus ini beberapa ilmuan mulai tertarik untuk melihat asal usul dari penyebaran virus MKS ini. Walaupun tulisan Watson laku keras dipasaran, namun ia memperoleh kritik dari ilmuan. Ron Amundson seorang Profesor Filsafat dari Universitas Hawaii. Amundson mempertanyakan Watson, bahwa tidak semua data peneliti jepang dalam laporannya. Sehingga Watson mencari informasi lain yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Amundson juga mempertanyakan pendapat Watson tentang kekuatan supranatural yang mengakibatkan perubahan perilaku pada populasi monyet yang secara geografis terpisah dari monyet di pulau Koshima.anehnya penyebaran virus MKS tidak berhubungan dengan peneliti jepang. Untuk menghadapi kesimpang siuran itu maka Elaine Myers merasa perlu menelusuri kembali hasil penelitian peneliti jepang yaitu Massao Kawai untuk menguji pendapat Watson tentang monyet ke seratus. Myers menelusuri kembali publikasi asli dari penelitian peneliti jepang tentang perubahan pola tingkah laku dari monyet. Hasil penelurusannya diungkapkan dalam tulisan” The Hundredth Monkey Revisited”. Dua kesimpulan yang ditarik Myers adalah
1. Tidak terbukti bahwa mitos monyet keseratus didasarkan pada hasil publikasi peneliti jepang seperti yang disebutkan Watson.
2. Berdasarkan angka-angka yang dipublikasikan peneliti jepang, maka Myers menemukan sesuatu kesimpulan dengan membenarkan teori Thomas Khun tentang peralihan paradigma imlu pengetahuan.” The Structure of Scientific Revolution”.
Itulah sebabnya Myers meminta agar Mitos Monkey keseratus harus ditinjau kembali.

IV. Perbandingan Mitos Monyet ke Seratus dan Teori Khun

Elaine Myers menolak pendapat Watson bahwa perubahan perilaku monyet diluar pulau Koshima karena adaya kekuatan supranatural. Myers lebih mendukung paradigm Thomas Khun tentang “The Structure of Scientific revolution” atau perubahan paradigm ilmu pengetahuan. Menurut Myers perubahan pola tingkah laku monyet diluar pulau Koshima bukan disebabkan karena adanya kekuatan supranatural seperti yang disebutkan Watson, tetapi lebih disebabkan perubahan pola tingkat laku monyet muda yang telah berkembang dewasa dan menggantikan generasi tua. Hal itu sejalan dengan teori Khun bahwa “ generasi tua sukar berubah ke paradigma baru, karena pola pikir dan perilakunya sudah berakar pada paradigma lama. Sebaliknya generasi muda lebih cepat beralih ke paradigma baru, karena pola pikir dan perilaku belum berakar pada paradigm lama.
Menurut Thomas Khun suatu komunitas scientific tidak akan ada artinya tanpa adanya kepercayaan diantara para ilmuan. Sebab kepercayaan adalah dasar dari educational Initiation dalam memperoleh lisensi bagi seorang peneliti yang professional.
Khun membagi structure of scientific revolution atas Normal science dan new assumptions paradigms. Normal science seperti scientific revolution “ yang dimulai dari “ The traditional-shattering complements to traditional bound activity dari normal science. Sedangkan new assumptions paradigms seperti “ require the reconstruction of prior assumption and the revaluation of prior facts”. Menurut Khun perubahan struktur scientific sebagai berikut :
1. The Route of Normal science
Normal science suatu penelitian yang berdasarkan pada satu atau lebih past scientific achievements. Adanya pengakuan dari beberapa komunitas ilmuan untuk suatu waktu tertentu. Prestasi ini dapat disebut sebagai paradigma. Orang yang melakukan penelitian harus berdasarkan pada shared paradigms dan komitmennya pada peraturan dan standar scientific. Share commitment to paradigms sangat penting dalam melakukan suatu observasi. Paradigma sangat membantu komunitas ilmuan dalam membangun disiplin, membuka jalan bagi sebuah penyelidikan. Memformulasikan pertanyaan, menyeleksi metode yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan. Mendifinisikan areal yang relevan, dan membangun pengertian-pengertian atau definisi, definisi. Menurut Khun paradigma sangat penting dalam sebuah penelitian scientific. Bagaimana membangun sebuah paradigma, dan bagaimana membuat perubahan dalam scientific. Penelitian dimulai dengan random collection berdasarkan fakta. Sedangkan Watson justru menambah variable baru dalam penelitian yang tidak berdasarkan pada fakta tetapi pada imajinasi. Hal itu sebenarnya bertentangan dengan komitmen ilmuan dalam menciptakan perubahan paradigma
2. Nature of Normal science
Sebuah paradigm harus konsisten dengan assumsi tentang disiplim ilmu yang netral. Paradigma menuntut seseorang untuk meingkatkan ketelitian dalam ruang lingkup. Namun kebanyakan yang sukses dalam perubahan paradigm bukan hanya menyangkut satu persoalan tetapi lebih menyangkut jumlah yang besar. Jadi paradigm merupakan kunci untuk sukses didalam melakukan perubahan dalam bidang ilmu pengetahuan. Menurut Khun Perubahan paradigma yang berdasar pada research adalah “ a attempt to force nature into the pre- formed and relatively infleksible box that paradigms supplies” tidak ada usaha untuk membuat fenomena baru yang tidak berdasarkan pada fakta, tidak ada upaya untuk menciptakan sesuatu yang tidak lasim dalam penelitian, seperti yang dilakukan Watson dalam menciptakan mitos monyet keseratus. Anomalies atau kelaian yang diciptakan Watson justru menciderai pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Menurut Khun” Anomalies are usually not ivent noticed and not effort is made to invent a new theory. Jadi kelainan dan ketidak lasiman dalam suatu penelitian tidak dapat digunakan untuk menciptakan theory baru. Oleh karena itu apa yang dilakukan Watson dan Keyes tidak dibenarkan dalam pengembangan ilmu pengatahuan, terutama dalam penyebaran virus monyet ke seratus..
3. Normal Science as Puzzle Solving
Penelitian sebenarnya seperti memecahkan sebuah puzzle. Puzzles mempunyai aturan. Puzzle secara umum memiliki cara untuk memecahkan. Aturan atau cara itu harus diikuti oleh setiap orang yang berusaha untuk memecahkan persoalan dalam puzzle tersebut. Bila aturan itu tidak diikuti maka masalah dalam puzzle tersebut tidak bisa diselesaikan. Demikian pula dalam suatu penelitian. Menurut Khun seorang peneliti harus menetapkan Apa manfaat dalam penelitian itu. Dan mengapa penelitian itu harus dilakukan. Hasil penelitian itu harus dapat menciptakan paradigma baru yang dapat diterapkan. Cara untuk mencapai tujuan penelitian sama seperti memecahkan berbagai tantangan atau kendala dalam puzzle.
4. The priority of Paradigms
Ada beberapa alasan bagi ilmuan untuk tidak sependapat terhadap interpretasi terhadap paradigma. Eksistensi sebuah paradigma harus sesuai dengan tacit knowledge. Paradigma dapat dideterminasikan dalam normal science tanpa intervensi dari discoverable rules atau share assumptions. Ilmuan tidak pernah belajar dari konsep, hukumdan teori dalam angan-angan oleh mereka sendiri. Tetapi secara umum mereka belajar dari aplikasi dari pemikiran-pemikiran sebelumnya. Teori baru adalah apilkasi dari pemikiran sebelumnya. Menurut Khun “ paradigm can determine several tradition of normal science that overlap without being coextensive. Consequently, change in a paradigm affect different sub specialties differently. Sedangkan “ A Revolution produced within one of these tradision will not necessarily extand to the other as well”
5. Anomaly and Emergence of Scientific Discoveries.
Perubahan paradigma dapat dihasilkan dari “ Discovery brought about by ancounters with anomaly”. Normal science bukanlah novel yang berdasarkan fakta dan theory. Tetapi sebuah fenomena yang diperoleh secara berulang ulang yang tidak dapat discover olehpenelitian ilmiah. Landasan utama dari seorang pengaran cerita roman (novel) yang berdasarkan fakta dan theory serta dapat saja membawa perubahan paradigma. Tetapi bagaimana perubahan paradigma tersebut. Ada dua cara yaitu “throught discovery” pengaran novel yang berdasarkan fakta, dan “invention” novel yang berdasarkan theory. Menurut Khun discovery dimulai dengan dengan “awareness of anomaly. Konsekwensinya, anomaly hanya menampakan background dari paradigma.
6. Crisis and the emergence of science theory
Seperty dalam kasus discovery, sebuah perubahan dalam theory dapat dihasilkan melalui “Invention” sebuah theory dapat juga diperoleh melalui awareness of anomaly. Tetapi hanya bersifat emergensi. Emergensi dalam suatu teory diperoleh melalui kesalahan-kesalahan didalam memecahkan puzzle pada normal science.
7. The Response to Crisis
Pengakuan terhadap anomaly menyebabkan terjadinya krisis dalam perubahan paradigma. Menurut Khun Crisis is the essential tention implicit in scientific research. Sebuah krisis dimulai dengan “blurring of paradigm. Konsekwensinya akan kehilangan aturan-aturan didalam normal research.. menurut Thomas Khun ditutupi dengan salah satu dari tiga cara:
a. Normal Science proves able to handle the crisis provokating problem and all returns to normal.
b. The problem resists and is labeled, but it is perceived as resulting from the field’s failure to proses the necessary tools with which to solve it, and so scientists set it aside for future generation with more develop tools.
c. A new candidate for paradigm emerges and battle over its acceptance sensues.
8. The Nature and Necessity of Scientific Revolution
Mengapa harus ada perubahan paradigma dapat juga disebut revolusi. Apa fungsi dari Scientific Revolution didalam perkembangan ilmu pengatahuan.Scientific revolution menghasilkan perubahan paradigma yang analog dengan political revolution. Political revolution dimulai dengan growing sense dari suatu komunitas atau institusi yang mempunyai problem dengan lingkungannya. Political revolution membawa perubahan dalam political institution.
9. Revolutions as changes of World View
Revolusi akan membawa perubahan pada padangan dunia. Selama scientific revolution, seorang ilmuan melihat sesuatu yang baru dan berbeda dari apa yang dilihat sebelumnya. Ilmuan dan setelah terjadi revolusi ilmuan, akan perubahan dari dunia yang berbeda.
10. The Invisibility of Revolutions
Paradigms shifts, atau paradigma yang licik seperti yang dilakukan oleh Watson dank keyes dalam mitos monkey ke seratus bukan revolusi. Tetapi additions to scientific knowledge. Ini disebut sebagai invisible of scientific revolution.
11. Resolution of Revolution
Menurut khun “ Scientific revolution come about when one paradigm displased anather anfter a period of paradigm testing that occour only after persistent to solve a noteworthy puzzle has given rise to crisis. “ proses ini analog dengan naturel selection:
12. Progress Through Revolution
Mengapa perlu progress dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Bagaimana progress itu terjadi dan apa nature dari progress tersebut. Pertanyaan tersebut harus dijawab oleh ilmuan untuk menghasilkan progress of revolution. Menurut Khun terdapat hubungan antara “The evolution of organition dan evolution of acientific ideas is Nearly perfect” . Resolution of Revolution merupakan seleksi dari konflik antara scientific community of fittest way untuk memperoleh pengathuan yang akan datang. Thomas Khun mengatakan “ The net result of a sequence of such revolutionary selection, separate by period of normal research, is wonderfully adapted set instrument call modern scientific knowledge”.


V. Perbandingan Mitos Monyet keseratus
Dengan Management’s New paradigm
(Oleh Peter F. Drucker)

Realitas adalah paradigma dari social science. Untuk disiplin ilmu sosial seperti management, maka assumption sangat erat hubungannya dan penting dengan paradigma dari natural science. Natural science berhubungan dengan behavior of objects. Sedangkan sosial discipline seperti managemet berhubungan dengan behavior of the popple and human institution. Menurut Peter Drucker ada dua set assumptions dalam management’s new paradigm.
1. Assumption pertama meliputi :
a. Management is business management (Mangement adalah management bisnis)
b. There is or there must be one right organization structure (harus ada satu organisasi yang memiliki structure yang jelas).
c. There is or there must be one right way to manage people( harus ada satu cara untuk memanage people.
2. Assumption kedua meliputi:
a. Technologies, markets and uses are given.
b. Management’s scope is lagally difined
c. Management is internally focused
d. The enocomy as difine by national boundaries is the ecology of enterprices and management.

1. Management is Business Management
Kebanyakan orang yang berada diluar maupun didalam management, asumsi ini sangat jelas bagi dirinya. Sesungguhnya management writers, management practitioners kurang didengar oleh dunia. Tetapi apapun management secara otomatif disebut business management. Penerimanaan dari management terhadap alam semesta adalah sebuah management yang baru. Sebelum tahun 1930 sedikit penulis dan pemikir yang konsentrasi pada management seperti Fredrikck Winslow Taylor. Oleh karena itu management telah berkembang sebagai business. Itulah sebabnya management is the specific and distinguishing organ of any and all organization.

2. The One Right Organization
Peter F. Drucker konsern dengan management untuk itu dirinya melakukan study pada organisasi yang besar, yang bergerak dalam bidang businnes, government civil service dan the large standing army pada abad 19. Hasil studinya ternyata merupakan salah satu one assumption. Theory organisasi mengasumsikan bahwa institusi atau organisasi adalah homogen, oleh karena itu setiap organisasi yang termasuk sebagai sebuah perusahaan harus diorganise dengan beberapa cara. Tetapi untuk type perusahaan manufacturing, sangat memerlukan structure organisasi yang berbeda. Oleh karena itu organization structure is needed.

3. The One Right Way To Manage People
“There is one right way to manage people or least there should be” .This assumption
Underlies practically every book or paper on the management of people. Asumsi ini merupakan asumsi yang mendasar, dalam manage people dalam suatu organisasi. Studi dilakukan pada group yang berbeda dari penduduk yang bekerja dan dimanage secara berbeda. Dan untuk group yang sama dari penduduk yang bekerja dan dimanage secara berbeda. “Employess harus dipandang sebagai partner dan didifinisikan sebagai partner yang sama atau setara. Produktivitas dari pekerja yang memiliki pengetahuan menjadi central dari management of people.

4. Technologies and users are Fixed and Given
Asumsi terhadap technologies and users merupakan perkembangan dari business modern dan economic modern. Perusahaan-perusahaan cusmtemer melakukan studi pada perusahaan-perusahaan non customers seperty universitas, gereja, rumah sakit, adalah sangat penting bagi customers. Apakah hal itu penting atau tidak. Implikasinya pada produksi dan service. The starting point harus mengetahui pada yang dibutuhkan customers. Apa nilai dari customers. Untuk itu penggunaan teknologi untuk meningkatkan produksi dan service sangat penting. Oleh karena itu Drcuker mengatakan “ Management is other word will increasingly have to be base on the assumption that neither technologi nor and use is a foundation for management policy. They are limitation. The foundations have to be customer values and customer decision on distribution of their disposable income. It is with those thar management policy and management strategy increasingly will have to star.

5. Management’s Scope is Lagally Defined
Management antara theory dan practice sangat berhubungan dengan legal entity, individual enterprise, buniness corporation, Rumah sakit dan uiversitas. The scope of management is thus legally define merupakan asumsi yang universal. Pertanyaan apa yang dibutuhkan. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu melakukan redefinisi terhadap ruang lingkup management untuk memperoleh asumsi yang baru. Oleh karena itu peter Drucker mengataka “ The new assumption on which management both as a discipline and as practice, will increasingly have to base itself is that the scope of management is not legal. It has to be operational. It has to embrace the entire process. It has to be focuse on result and performance across the antire economic chain”.

6. Management’s Scope is Politically Defined
Asumsi ini masih merupakan asumsi yang umum dari discipline ilmu management, dan masih digunakan dalam practice of management dan economic domestic, seperti didefinisikan oleh National Boundaries bahwa Asumsi ini adalah “ the ecologi of enterprise and management and of non businesses as much as of business. Dalam tradisi perusahaan multinasional , realitas ekonomi dan realitas politik adalah congruent. Oleh karena ruang lingkup magament perlu juga mencakup realitas ekonomi dan realitas politik dalam masyarakat.

7. The Inside is Management’s Domain
Dari semua asumsi tradisional hanya ada satu kesimpulan bahwa “ The inside of the organization is the domain of management. Asumsi ini menggambarkan suatu totalitas yang komprehensif antara management and entrepreneurship. Management harus focus pada hasil dan performance dari organization, ketika organisasi tersebut ,masuk dalam business enterprice. Asumsi baru yang berdasar pada paradigma baru management. Oleh karena itu peter F Drucker mengatakan “Management exists for the sake of the institution’s result. It has to start with the intended result and has to organize the resources of the institution to attain these results. It is the organ to make tne institution, whether business, church, university, hospital or batterd women’s shelter, capable of producing results outside of itself.

VI. Paradigma magament yang berubah

Dari beberapa asumsi management yang berubah dalam perkembangan, dilihat dari pengembangan disiplin ilmu Management, antara lain :
1. Management is Business Management, sebelumnya management hanya berlaku dalam suatu organisasi yaitu bagaimana memanage orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Namun menagament sudah berkembang kearah business management.
2. Technologies and user are fixed and given, perkembangan management sebelum abad ke 19 belum ditetapkan sebagai salah satu asumsi utama dalam disdicplin of management. Technologies belum memberikan pengaruh yang besar. Teknologi masih dimasukan dalam faktor produksi bukan sebagai paradigma dari management. Namun saat ini peranan teknologi begitu dominan, baik dalam membangun komunikasi maupun dalam proses produksi. Oleh karena itu setelah abad 19 Pieter F Drucker memasukan unsure teknologi dan penggunaannya sebagai paradigma management yang baru. Apalagi dengan perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat, sehingga batas antara Negara, antar wilayah semakin tipis.
3. The economy as define by national boundaries is the ecology of enterprise and management. Sebelum abad 19 perkembangan management kurang memperhatikan lingkungan ecologi. Sehingga management perusahaan seringkali mengabaikan persoalan lingkungan. Namun saat ini setelah abad 19, faktor ekologi dalam management semakin sangat penting. Terutama mengembangkan sistem management yang berorientasi pada pengembangan lingkungan berkelanjutan, terutama lingkungan dimana perusahaan tersebut berada.

VII. Kesimpulan

1. Didalam kenyataan dapat terjadi fakta yang objektif dan benar dapat melahirkan peluang bagi seseorang untuk membenarkan kenyakinan yang subjektif.
2. Penyebaran informasi sesuai fakta dan data yang rasional, kala cepat dengan penyebarluasan desas-desus yang lebih didasarkan pada dugaan supranatural.
3. Dari segi Metodologi penelitian apa yang dilakukan Watson dan Keyes dalam Mitos Monyet keseratus sebenarnya bertentangan dengan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, karena memasukan variable-variabel imajiner, dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan penelitim jepang terhadap perubahan tingkah laku monyet di Pulau Koshima Jepang. Oleh karena itu sebagai ilmuan harus menghindari praktek penelitian dengan menggunakan variable imajiner seperti yang dilakukan Watson dan Keyes.
4. Kritik Elaina Myers terhadap Watson dan Keyes agar Mitos monyet keseratus perlu ditinjau kembali, merupakan upaya yang dilakukan untuk mencari kebenaran yang sebenarnya dari mitos monyet keseratus melakukan penelusuran terhadap asal usul dari penelitian awalnya yaitu peneliti Jepang. Apa yang dilakukan Myers ini adalah untuk mencari epistemology dari mitos monyet ke seratus.
5. Mitos monyet keseratus ternyata bertentangan dengan teory Thomas Khun tentang “The Structure of Scientific revolution.” Menurut Watson perubahan pola tingkat laku monyet diluar Koshima disebabkan karena adanya kekuatan supranatural. Hal itu dibantah oleh Myers dan berkesimpulan bahwa perubahan pola tingkah laku monyet diluar pulau Koshima , karena monyet muda Lebih cepat menerima perubahan dibanding monyet yang lebih tua. Kesimpulan Myers ini sejalan dengan teori Thomas Khun, bahwa generasi muda lebih cepat menerima perubahan dibanding generasi, belum berakar pada paradigma lama, sehingga lebih menerima paradigma baru. Sebaliknya generasi tua tingkah lakunya telah berakar pada paradigma lama.
6. Menurut Thomas Kun suatu komunitas ilmuan tidak akan ada artinya tanpa adanya keperceyaan diantara ilmuan. Namun demikian penelitian harus didasarkan pada fakta, dan data yang sebenarnya, bukan data imajiner. Menurut Khun perubahan struktur scientific , meliputi “ the route of normal science, nature of normal science, normal science as puzzle solving, the priority of paradigms, anomaly emergency of scientific discoveries, crisis and emergence of science theory, the respons of crisis, nature and necessity of scientific revolution,revolution as changes of world view, the invisibility of revolution, resolution of revolution, progress through revolution.
7. Sedangkan perbandingan Mitos Monyet ke seratus dengan “Management’s New Paradigm, bahwa apa yang dilakukan Peter F. Drucker adalah meneliti perkembangan teori management berdasarkan fakta dengan menggunakan berbagai metode penelitian yang sesuai dengan perkembangan disiplin ilmu management.
8. Paradigma management yang berubah setelah abad 19 antara lain management is business management, technologies and user fixed and given, the economy as define by national boundaries is the ecology of enterpricce and management.


DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Wem Poli (2007) Filsafat Ilmu, Pemikiran Ekonomi dan Penelitian Mahasiwa
Program Doktor Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar.
2. Lyall Watson, The Collective Unconscious, The 100TH Monkey Effect, internet
3. Ken Keyes Jr, The 100Th Monkey, A story About Social Change, Internet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar